Kerja/Kuliah Di Luar Negeri sebagai MLT?

Mumpung masih hangat di ingatan, hari ini saya datang ke acara buatan adik-adik tingkat di jurusan analis kesehatan Poltekkes Bandung, seminar+olimpiade dan lomba karya tulis ilmiah untuk mahasiswa analis kesehatan se-Indonesia yang pertama kali dilaksanakan, ‘spekta medika 2013’ lah namanya.

Saya ikut acara seminar pada hari terakhirnya, 8 Desember 2013 di auditorium Poltekkes Bandung jalan Pajajaran. Topiknya yang pertama itu sertifikasi (ngantuk bener yang ini), kedua dan ketiga itu berbau-bau peluang kerja dan studi lanjut. Nahh berhubung banyak banget kayanya anak-anak analis yang masih labil untuk menentukan langkah, bahkan labil apakah jiwanya ada di jurusan ini, mungkin posting saya ini bisa membantu kalian? haha, walaupun sekarang sudah berada di dunia industri, yang relatif jauh dengan dunia pelayanan kesehatan, tapi ini hasil pemikiran saya ketika masih jadi mahasiswa dan sekarang yang sudah sedikit matang 😛

Kerja sebagai analis kesehatan ke luar negeri

saya jawab: sangat bisa. Saya pernah buka laman penyalur tenaga kesehatan ke Kuwait, kayanya sih resmi, tapi lupa namanya. Disana ga cuma perawat, yang memang udah ga usah ditanya kebutuhannya, tapi saya liat juga ada untuk analis kesehatan juga. Syaratnya waktu itu pengalaman kerja di rumah sakit 3 tahun, dan tentunya bahasa Inggris yang sangat baik. Kenapa harus rumah sakit? kayanya sih karena pengalaman di rumah sakit itu sangat beragam dari penyakit biasa sampe luar biasa ada. Then, English is a compulsory requirement, don’t ask me why, don’t ask me how, and such thing about English proficiency anymore please… you know your English proficiency, better than any one else in this world, dude! But still you need to gauge/measure it quantitatively, by take any English Proficiency Test, either TOEFL or IELTS.

Canadian Society for Medical Laboratory Science - Société canadienne de science de laboratoire médical

Ada juga kalau mau kerja di Kanada sana. Disana sih jelas banget terbuka bagi siapa saja dari negara mana saja, asalkan memenuhi kriteria mereka. Kanada itu kan negara yang kebanyakan imigran, tapi imigran resmi ya, bukan gelap-gelapan, jadi mereka merekrut banyak tenaga-tenaga ahli dari berbagai belahan dunia yang mau gawe disana. Coba cari di google: CSMLS , Canadian Society of Medical Laboratory Scientist. Semua syarat dan tetek bengek nya da disana tinggal dibaca, pastinya dalam bahasa Inggris, atau kalau mau pake bahasa Perancis juga disediakan ko :P. Intinya kalau yang Kanada ini, harus nyiapin seluruh dokumennya sendiri, mulai dari menterjemahkan ijazah dan surat-surat, sampe ujian seleksi dan akomodasi awal disana. Kalau diitung sih, ada keluar ratusan dollar Kanada, worth it or not, you decide!

Terus… saya juga pernah tanya-tanya ke patelki-nya Jepang, JAMT , Japan Association of Medical Technologist.  Saya tanya gimana cara kalau mau jadi tenaga MLT asing disana. Jawabannya sederhana: lulus ujian nasional (sertifikasi) untuk MLT Jepang dan bisa bahasa Jepang nyaris persis dengan penduduk lokal. Langsung jleb, masih banyak cara menuju Tokyo.一般社団法人 日本臨床衛生検査技師会

Pada intinya.. kalau kalian mau coba-coba gawe ke luar, siapkan English Proficiency sebaik mungkin. Masalah nilai akademik mah asal ga bodo-bodo amat lah, yang penting pas gawe bener dan kritis (kan udah pengalaman dulu di RS). Jangan dulu ngarep kalo buat analis ini sistemnya bakal kaya perawat, yang relatif gampang buat gawe di luar, harus banyak-banyak usaha ddengan keringat peluh. Jangan mau kalah sama orang Filipin, mereka udah kemana-mana lho. Kalau penasaran sama lowongan-lowongan kerjanya, bisa cari lewat google aja, contohnya: medical lab tech vacancies in Saudi Arabia/UAE/Kuwait. Di Asean aja sebenarnya pasar sudah terbuka, tinggal bisa bersaing atau tidaknya saja. Ayo, setidaknya ada 1-2 dari kalian yang bisa tembus, akan menjadi contoh hidup yang nyata untuk yang lainnya 🙂

Kuliah lagi? kemana ya?

困る教師(男性)

Pertanyaan ini pasti seringkali mengisi relung hati dan jiwa mahasiswa D3 analis kesehatan. Semenjak ada D4 ankes, pasti rata-rata pada ‘lari’ ke sana, tapi sekarang aturannya belum boleh menerima dari lulusan D3 (yang poltekkes kemenkes). Alternatif lain? masih banyak ko… selama punya akal kreatif dan bisa melalkukan sesuatu yang beda, insya Allah bisa. Kreatif disini bukan jago gambar atau maen musik ya, tapi kreatif mencari ide-ide baru yang segar. Jangan hanya terpaku pada satu bidang saja, harus berani, kalau memang mau mencobanya. Boleh lah pekerjaan utama menjadi staf di labkes, tapi diluar itu punya kegiatan-kegiatan atau hobi lain yang mendukung softskill dan menjalin relasi. Memang, kebanyakan pasti berpikir lanjut ke S1, sebenarnya apa yang didapat dari kuliah S1? Buat ijazah atau pengakuan saja kah? Coba dipikir lebih dalam dan resapi makanya, bahwa belajar itu memang membentuk pola pikir. Bukan hanya sekedar menerima materi kuliah, mengerjakan tugas, lalu ikut uas. Di balik materi-materi itu semua ada tahapan-tahapan yang sering terlupakan, contohnya mengenal gaya belajar, cara menyerap informasi baru, cara berkomunikasi dan berpikir sistematis. Saya sebenarnya yakin, mau apapun bidang keilmuannya, kalau kita memiliki sesuatu yang ‘beda’ dan sesuatu itu menjadikan kita berbeda diantara sekelompok orang-orang lainnya, pastilah akan mencapai keberhasilan. Intinya cari dan pahami, “dimana sesungguhnya minat, keunggulan, dan nilai lebih saya?” dan bekerja dengan sepenuh hati.. ahahah klise banget ya? tapi coba saja sendiri. Yaa walaupun banyak yang bilang, ‘kuliahnya harus linier dengan yang sebelumnya’ itu sih buat yang ingin terus berkarir di lahan yang sama, bahkan dengan cara itu pun banyak yang melenceng-lenceng ko.

Banyak banget yang masuk ke postingan saya tentang S1 analis ke Jepang. Banyak yang nanya dari hal terdangkal, berdoa, sampe minta nomor ponsel saya. Maaf bukannya saya galak atau sombong, tapi saya ingin kalian mahasiswa analis kesehatan menjadi lebih tajam dan peka dalam mencari informasi dan data. Semua informasi/data tersedia dalam bahasa Inggris, masih untung bukan bahasa Jepang kan? Saya sendiri akhirnya mengurunkan niat untuk coba daftar ke program tersebut karena alasan finansial. Di awal pendaftaran harus bayar, yang waktu itu sekitar 35.000-40.000 yen, sekitar 3,5-4 juta rupiah. Baru aja lulus D3, belum kerja, masa mau nodongin lagi tangan ke orang tua atau sodara. Akhirnya yaa saya berada di jalan sekarang yang saya nikmati ini 🙂

Sekian saja kesoktauan saya, semoga ada yang bisa menimpal dan memberi komentarnya dibawah ini :_)

About feriyadiramen

Luhur kuta gede dunya

21 comments

  1. sonia

    makasih infonya kak. btw mau tany, jadi kak selesai dari D3 analis langsung lanjut ke S1 analis di luar negeri? atau kak kerja dulu di RS

    Like

  2. Puspa

    Ka biasanya ke banyakan dai poltekes bisa tidak sih kalo dari univ suasta tapi lulusan d4

    Like

    • Menurut saya, semua tergantung kepada:
      1. Skill pribadi (teknis ATLM, bahasa, adaptability)
      2. Employer (yg akan memperkejakan kita)
      3. Regulasi di negara ybs

      Like

  3. orin rindiantika

    Assalamualaikum, kak maaf saya masih kelas X Smk kesehatan jurusan TLM, apakah kakak kuliah di poltekkes bandung?

    Like

  4. nindyarizki

    ada id line ? ingin diskusi soal analis. saya mahasiswa analis kshtn poltekkes bdg tingkat 2.

    Like

  5. christy starlit

    Hai yang buat blog ini sangat membantu, saya sangat minat mau berkerja di luar negri, saya ankes d3 di bali, saya ingin banget mengeskplor diri sampai sejauh mana saya bisa. saya sudah bekerja 5 tahun di Laboratorium ternama di Indonesia yang mempunyai cabang di hampir tiap daerah di indonesia, nah dari pengalaman saya itu saya mau yang lebih lagi dan tidak stuck disini saja karena saya sudah di comfort zone banget dan udah lama, jadi mau keluar dari comfort zone ini.. kalau ada info lainnya bisa donk bagi2, hehe.. contact me christyrembet@gmail.com thankyouuuuuu ^^

    Like

  6. riany

    kalau maunya daftar k negara jiran sj malaysia cari infox d mn kak.

    Like

  7. anonymous

    Kak. Sy mw nnya. Kan kalok udah ada D4 bkalan bnyak yg d tarik dr D4. Nah kalok jurusan ankes D4 yg akreditasi fakultasnya C mmpngaruhi lowongan kerja ga kak? Apakh lulusan D3 dr fakultas yg brakreditasi A / B yg d pilih prusahaan / RS atw lulusan D4 yg brakreditasi C d terima pula?

    Like

    • wehehe kalo masalah diterima tidak ya semua tergantung kualifikasi si employer (tempat kerja). Tapi menurut pendapat saya sih gak masalah mau A B C yang penting kualifikasi diri lebih atw cukup utk mendapat pekerjaan

      Like

  8. Yulinar

    Hello kak… Syaa Yulinar. Mahasiswi d4 analis ksehatan poltekkes tanjung karang th 2015.
    Senang sekali bisa mmbaca postingan ini.
    Jdi kk skrg brada dmn?

    Like

  9. assalualaikum ka feri, makasi postingannya motivasi bgd, saya bru semester 4 di poltekkes kemenkes banten, mau niat lanjut kuliah , tdi udh baca postingan kakak S1 ke jepang, sempet tergiur, tapi biayanya mahal bgd, dan saya mengurungkan niat, hehe jadi curhat.
    mau tau kak, skrng kk lg sibuk apa ? udh kerja dmn ? trus kelanjutan kuliah kk sehabis D3 dulu kemana ? mau memotivasi diri ka, makasi ka

    Like

    • waalaikumsalam.
      kalau punya modal awal buat daftar dan merasa mampu dan pede, daftar aja 🙂
      boleh kalau mau tanya lbh lanjut ke email ada di profil ‘saya’

      Like

  10. bro, izin repost di mltunite.blogspot.com untuk kolom #opiniprofesi.. ya? ya? hehehe

    Like

    • dengan senang hati 🙂

      Like

    • Tifa

      Kak, ada pengalaman buat yg mau jadi mlt di Malaysia ga kak? Kalau kita mau tinggal disana dan ikut suami.. ijazah atlm kita bisa diconvert kah? Masih bisakah kita diterima bekerja di RS disana?

      Like

      • Kalau secara logika, karena sama2 bekerja sebagai nakes, pastinya butuh sertifikasi profesi yah… Nah biasanya, tiap negara punya sistemnya masing2. Selama bisa lulus ujian/memenuhi persyaratan di sana, harusnya bisa yah

        Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.